MAKALAH
“KEMATIAN
IBU DAN BAYI”
Dosen Pembimbing:
Sulistyowati.S,ST. M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Afif Niswatul U (02)
2. Astutik (06)
3. Dewi Anindita (10)
4. Intan Fitria Ningrum (16)
5. Komatul Ukhrowiyah (19)
6. Masdian Ariyanti (22)
7.
Nike Mariska (27)
8.
Nur Anizawati (31)
9.
Nur
Mukharomatun N (33)
10. Ratna Sefrilia (38)
11. Riani Pratiwi R (41)
12. Roviana Arifatur R (45)
KELAS: 4B
PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2014 / 2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT ,
karena berkah rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Kematian Ibu dan Bayi” sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini kami susun sebagai salah satu persyarat untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen pembimbing dalam materi pembelajaran komunitas di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Lamongan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Sulistyowati.S,ST. M.Kes selaku dosen pengajar,yang telah memberikan
petunjuk, saran, dorongan moril selama penyusunan makalah ini.
2.
Semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril dan materil demi terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas
semua amal kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan, akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Lamongan, Maret 2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kemampuan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan
hidup. Sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan dengan seberapa
jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima masyarakat. (Manuaba, 1998). Kematian maternal adalah kematian dari
setiap wanita sewaktu dalam kehamilan, persalinan dan dalam 42 hari setelah
terminasi kehamilan tanpa mempertimbangkan lamanya serta di mana kehamilan
tersebut berlangsung (FIGO, 1973).
Kematian dan
kesakitan ibu dan perinatal juga berkaitan dengan pertolongan persalinan
“dukun” sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor pelayanan
medis. Kematian ibu (maternal) bervariasi antara 5 sampai 800 per 100.000
persalinan, sedangkan kematian perinatal berkisar antara 25 sampai 750 per
100.000 persalinan hidup. (Manuaba, 1998). Oleh
karena angka kematian ibu dan perinatal terbesar terjadi di negara berkembang
maka WHO dan UNICEF mencetuskan ide Health for all by the years 2000, dengan
harapan setiap orang mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun 2000. Konsep
pelaksanaan Health for all by the years 2000 menjadi pelayanan kesehatan utama.
Unsur pelayanan kesehatan utama mencakup: Salah
satu upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI adalah dengan menempatkan
bidan di wilayah Indonesia khususnya di wilayah pedesaan (Depkes RI, 1995).
Angka kematian
ibu dan kematian perinatal masih tinggi. Sebenarnya kematian tersebut masih
dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat pertolongan pertama
sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak sanggup untuk
memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap merupakan “trias
klasik”, sedangkan sebab kematian perinatal terutama oleh “trias asfiksia”,
infeksi, dan trauma persalinan. (Manuaba, 1998).
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe
Motherhood dan Making Pregnancy Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu
melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban
kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Bidan di wilayah
pedesaaan diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan
normal, kehamilan dengan komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu
memberikan pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat penurunan
AKI (Depkes RI, 2002).
1.2.Rumusan masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kematian ibu dan bayi?
2.
Bagaimana
tingkat kematian maternal dan perinatal?
3.
Apa
penyebab kematian maternal dan perinatal?
4.
Bagaimana
upaya memperbaiki kematian ibu dan bayi?
5.
Bagaimana
strategi percepatan penurunan kematian bayi?
1.3.Tujuan
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui pengertian kematian ibu dan bayi
2.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui tingkat kematian maternal dan perinatal
3.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui penyebab kematian maternal dan perinatal
4.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui upaya memperbaiki kematian ibu dan bayi
5.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui strategi percepatan penurunan kematian bayi
1.4.Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat
berpartisipasi dalam penurunan AKI dan AKB sesuai kemampuan dan teori yang
didapat.
2. Bagi Akademi
Dijadikan tolak ukur dan
penilaian sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat
mengetahui tentang kematian ibu dan bayi sehingga dapat berperan serta dalam
upaya menurunkan AKI dan AKB tersebut.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
AKI dan AKB
Kematian
maternal/AKI merupakan kematian wanita
sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan
atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)
Kematian maternal didefinisikan
sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu kehamilan, melahirkan, atau
dua bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan.
Kematian maternal juga didefinisikan
sebagai proporsi kematian pada wanita usia reproduktif atau proporsi kematian
pada semua wanita di usia reproduktif yang disebabkan oleh penyebab maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah
angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000
kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal
mortality rate) ialah jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 dan kemudian di
bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama.
(Sarwono,2002:786).
2.2. Tingkat Kematian Maternal dan
perinatal
2.2.1
Kematian maternal
Di Negara maju angka kematian
maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Negara
sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup. (Sarwono,2002:23)
Estimasi
AKI Maternal Indonesia pada tahun
2002-2003 sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran. Di tahun 2007 AKI turun
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup). (Survei Demografi dan Kesehatan).
2.2.2
Kematian Perinatal (AKB)
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.
Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.
2.3.
Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal
2.3.1
Kematian Maternal
a. Faktor
reproduksi meliputi :
a) Usia
Usia paling aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun.
b) Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
c) Kehamilan
tidak di inginkan
b. Komplikasi
obstetric
a) Perdarahan
pada abortus
Perdarahan pervaginam yang terjadi
pada kehamilan trimester I umumnya disebabkan oleh abortus, dan hanya sebagian
kecil saja karena sebab-sebab lainnya.
b) Kehamilan
ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit
hubungan seksual atau infeksi pada paska abortus sering merupakan factor
predisposisi pada kehamilan ektopik.
c) Perdarahan
pada kehamilan trimester III
Penyebab utama perdarahan ini
adalah plasenta previe dan solusio plasenta.
d) Perdarahan
post partum
Disebabkan oleh atonia uteri atau
sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat. renjat an karena perdarahan banyak segera akan
disusul dengan kematian maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara
cepat dan tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai.
e) Infeksi
nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan
yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban
pecah dini dan sebagainya.
f) Gestosis
Primipara dan gravida pada usia 35
tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk gestosis.
g) Distosia
Panggung kecil, persalinan pada
usia sangat muda, kelainan presentasi janin, letak lintang dapat menyebabkan
timbulnya distosia.
h) Pengguguran
kandungan
Pengguguran kandungan secara
illegal, merupakan penyebab kematian maternal yang penting. Sisa jaringan,
serta tindakan yang tidak steril serta tidak aman secara medis akan berakibat
timbulnya perdarahan dan sepsis.
c. Factor-faktor
pelayanan kesehatan
a) Kurangnya
kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
b) Asuhan
medic yang kurang baik
c) Kurangnya
tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
2.3.2
Penyebab Kematian Perinatal
Sebab utama kematian perinatal di Rumah
Sakit Dr.Cipo Mangunkusumo, Jakarta, ialah :
1) Infeksi
2) Asfiksia
neonatorum
3) Trauma
kelahiran
4) Cacat
bawaan/kelainan kongenital
5) Penyakit
yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas
6) Imaturitas,
dll.
2.4.Upaya
Memperbaiki AKI dan AKB
2.4.1
AKI
1.
Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat
memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka akan
berkuranglah prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil pada
usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka
kematian maternal akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan
keluarga berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya dimasyarakat,
khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan rujukan.
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus
resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan
seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan perdarahan selama kehamilan. Mereka
harus mampu memberi pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan,
misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi,
partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana saat yang tepat
untuk merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.
Perbaikan
pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya
pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah dilakukan sebagaiman
diuraikan diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi
sewaktu-waktu. Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian
dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di lini
terdepan harus dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat
secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat
dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual,
memberikan obat-obat oksitosin, masase uterus, dan pemberian cairan pengganti
cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan
meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada penolong persalinan senantiasa
perlu diingatkan tentang tindakan . asepsis pada pertolongan persalinan.
Antibiotika perlu diberikan pada persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal
gestasis seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin
proteinuria. Jika gestosis memberat maka diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida
dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau grandemultigravida,
perlu di curigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh karena disproporsi
sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan
lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus seharusnya dapat di
cegah, antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang
tidak diingkan dapat dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah kuretase,yang
seharusnya dapat dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya
telah dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotik, walaupun
belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan
antibiotik lebih tinggi secara intravena.
3.
Perbaikan
jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian besar persalinan masih ditolong
oleh dukun, khususnya yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus
dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan melatih merek dalam
teknik asepsis dan pengenalan dini tanda tanda bahaya serta kemampuan
pertolongan pertama dan mengetahui kemana rujukan yang harus dilakukan pada
waktunya. Pada saat ini pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan
untuk setiap desa, sehingga diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000orang
bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari
petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan
yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesma seharusnya mampu
mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu
memberikan pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas
tranfusi darah, listrik, air bersih, alat alat operasi, anastesi, antibiotik
dan obat serta bahan lain, dan tenaga terlatih.
2.4.2
AKB
a. Perbaikan
keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama
yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat,
dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c. Pemeriksaan
postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran
kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e. Perbaikan
kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk
mothers untuk dirawat dan diobati.
f. Ibu
dengan high risk pregnancy hendaknya
melahirkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan
teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan
tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i.
Perbaikan resusitasi bayi yang lahir
dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik perawatan bayi baru lahir terutama
bayi premature.
j.
Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan
infeksi secara sungguh-sungguh, dll.
2.5. Strategi
Percepatan Penurunan AKB
1. Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas baik ditingkat dasar maupun
rujukan, terutama bagi bayi dan balita dengan menggunakan intervensi yang telah
terbukti menurunkan AKB:
a. Tatalaksana penanganan asfiksia
(bayi lahir tidak bisa menangis spontan) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Kunjungan neonatal secara berkala.
c. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
d. Pelayanan Emergensi.
2. Menggerakkan dan mendorong
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat luas untuk hidup sehat.
3. Menggerakkan penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Meningkatkan sistem surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan anak.
BAB
3
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Kematian
maternal/AKI merupakan kematian wanita
sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan
atau oleh penyebab tambahan lainnya.
Penyebab
kematian maternal adalah
karena faktor reproduksi, komplikasi obstetric, factor-faktor pelayanan kesehatan. Penyebab kematian perinatal adalah karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan kongenital, dll.
Upaya
memperbaiki AKI adalah melalui
pencegahan, perbaikan pelayanan gawat darurat, perbaikan jaringan pelayanan
kesehatan. Upaya memperbaiki AKB adalah melalui perbaikan keadaan
social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan
anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan
anak, dll.
3.2.SARAN
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas
selanjutnya penulis mengajukan beberapa
saran, yaitu sebagai berikut :
1.
Untuk Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan AKB sesuai kemampuan
dan teori yang sudah didapatkan.
2.
Untuk Akademi
Diharapkan
Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa apakah sudah memahami
penjelasan dari tugas yang diberikan.
3.
Untuk Masyarakat
Diharapkan
masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya yang sudah dan yang akan
dilaksanakan untuk menekan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,Sarwono.2002.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Manuaba,Ida Bagus.2001.Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
The Best Casino Sites in 2021 - DrmCAD
BalasHapusSlots.lv Casino is 충청북도 출장샵 one of the oldest 의왕 출장마사지 and most reputable online 제주도 출장샵 casinos that have and their welcome 구리 출장마사지 bonus money is waiting for you to 오산 출장안마 sign up.